“Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dia menghidupkan dan mematikan, dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al Hadiid : 2)

Orang mati tidak lagi makan, minum, mendengar, mengenal, berpikir, tidak merasa apa yang ada menurut pandangan kita, tidak berkembang, tidak bernafas, tidak menikah, tidak melahirkan anak. Orang hidup sebaliknya.

Maka renungkanlah dengan baik. Bagaimana makanan yang mati dan beku itu berubah menjadi kehidupan. Terjadi setiap hari di tubuh kita. Perhatikan tanganmu yang dulu kecil, kemudian dengan makanan yang sudah mati itu semakin bertambah besar, sehingga menjadi tangan yang hidup. Lalu bandingkanlah dengan tangan mayat, yang dahulu aktif dan hidup, tiba-tiba menjadi kaku dan mati.

Maka siapakah yang memberikan kehidupan pada benda-benda mati? Dan siapakah yang memutuskan kematian pada makhluk pada makhluk hidup? Berhala-berhala mati, tidak memiliki kematian atau kwhidupan. Alam mati, tidak memiliki kematian dan kehidupan, akal atau pengelolaan. Sesungguhnya semua yang hidup akan dipaksa mati. Dia harus mati. Karena kematian dan kehidupan tidak ada di tangannya, akan tetapi di tangan Allah. Pemilik segala sesuatu. Melakukan apa yang diinginkan Firman Allah :

“Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dia menghidupkan dan mematikan, dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al Hadiid : 2)

“Dan dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan dialah yang (mengatur) petukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya?” (QS. Al Mukminun : 80)

MATI SETELAH HIDUP

Mengapa kita mati? Sesungguhnya hanya Allah yang menghidupkan kita dan mematikan kita. Allah SWT. Telah memberitahukan kepada kita bahwa hikmah dari kematian adalah perpindahan dari darul amal (rumah kerja) menuju darul jaza’ (rumah balasan), setiap orang mendapatkan balasan dari apa yang pernah dikerjakan. Firman Allah :

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sesungguhnya ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan” (QS. Ali Imran : 185)

TIDAK ADA TEMPAT BERLARI DARINYA

Adakah tempat berlari dari kematian? Aneh sekali orang yang tidak meyakini kematian, padahal ia menyaksikan orang-orang mati. Kematian itu tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang mengingkarinya. Akan tetapi banyak orang yang menolak dirinya mengenang kematian itu, bersiap menghadapi pasca kematian. Mereka berlari dari mengingatnya padahal mereka akan menemuinya, menjauhkan diri darinya padahal kematian itu mendatanginya. Firman Allah :

“Katakanlah : ‘Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS. Al Jumu’ah : 08 )

KEPUTUSAN YANG DITUNDA

Apakah kematian itu ada di tangan manusia? Jawabannya jelas. Sesungguhnya hidup itu tidak ada di tangan manusia, jika tidak demikian maka setiap orang yang mati akan menghidupkan dirinya sendiri. Demikian juga kematian tidak ada di tangan manusia. Jika ada di tangan manusia maka tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang mati.

Lalu di tangan siapa? Kematian ada di tangan yang telah menghidupkan dan menciptakan manusia. Di tangan Allah SWT. Anda akan melihat ketentuan umum yang berlaku pada sunnatul maut wal hayat (mati dan hidup). Pada waktu kurang dari seratus tahun kita umumnya sudah mati, sebagaimana sebelum seratus tahun yang lalu kita belum ada di dunia. Demikian orang-orang sebelum kita, meski dengan perbedaan umur dan bilangan tahun.

“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu. Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya” (QS. Al A’raf : 34)

Masing-masing kita akan hidup terbatas, ditentukan dengan ilmu Allah SWT. Dan peran kita di dunia ini juga sudah jelas sesuai dengan ketentuan umum. Masing-masing kita memiliki ajal terbatas. Jika telah datang tidak bisa ditunda. Betapa banyak orang yang dalam keadaan sehat wal afiat, dengan mendadak berpindah ke sisi Rabbnya. Ditunjukkan kepadanya sebab yang paling kecil, bagi kematiannya. Firman Allah :

“Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui” (QS. Nuh : 4)

Sebaliknya betapa banyak orang yang mengalami sakit yang sangat berbahaya, mengalami luka yang berat, atau tercabik-cabik oleh senjata perang, atau penyakit berat lainnya. Betapa banyak orang yang menghadapi serangan tepat dan mematikan, atau situasi yang membinasakan, akan tetapi mereka tetap hidup, tidak mati. Hal ini karena ajalnya belum sampai. Firman Allah :

“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan ijin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya” (QS. Ali Imran : 145)

Wallahu a’lam bish shawab
=================***********=========================